Hikmah
hujan pagi: “Hadiah tak selalu terbungkus dengan indah. Kadang Tuhan
membungkusnya dengan masalah, tapi dalamnya tetap ada berkah”.
Yup, ada benarnya juga sms itu
dikaitkan dengan hari ini (20/11). Pagi-pagi sekali hujan sudah mengguyur
Jogja, cukup deras dan membuat hawa dingin memenuhi kamarku. Brrr, dingin
sekali buatku jadi malas beraktifitas. Eh, tunggu dulu. Hari ini sudah ada
rencana yang sudah kususun semalam untuk menonton simposium moslem
enterpreneurship yang diadakan di UII. Bahkan salah satu pembicaranya adalah
Maher Zain yang terkenal dengan lagu ‘InshaAllah’, walaupun aku lebih suka lagu
yang berjudul ‘Barakallah’ :)
Walau dingin, tetap saja
kulangkahkan kaki untuk mandi. Kupersiapkan jangan sampai terlamabat karena
pasti akan ramai sekali penontonnya. Sebenarnya dalam pamplet, acara direncakan
dimulai jam 9 pagi. Tetapi mengingat jarak rumahku yang 27km dari UII, juga
menghitung waktu agar dapat kursi depan dan snack, akhirnya aku berangkat dari
rumah jam 07.30 WIB. Hujan deras buatku berpikir ulang agar tidak kedinginan di
tempat simposium. Kusiapkan rok cadangan, jas hujan 2 lapis, dan berbagai
perlengkapan yang sangat cukup untuk berganti.
Pom
Bensin
Kukendarailah
motorku dengan busana ala hujan deras (paham yah maksudku), pokoknya penampilan
yang sangat rapat dan repot jika harus pakai dan copot. Bensinku kebetulan hampir
habis, maka sudah kusiapkan uang untuk beli bensin 15ribu. Sesampainya di pom
bensin, perasaanku kok memang agak kurang enak, apalagi liat pegawai pom
mukanya sedang bete. ‘Bensin mbak 15ribu’. Memang ketika mengisi aku tak
melihat total pengeluaran, tiba-tiba aja sudah penuh tangki ku. ‘Mbak, eh tadi
15ribu ya? ini lebih mbak 17,5ribu’. Heh? What? Aku langsung liat mata mbak
penjaga pom bensin, rasanya gak karuan antara kesal dan ingin marah, saya
dikecewakan. Akhirnya saya buka baju kebesaran ala hujan deras itu. Mulai dari
helm, slayer, jas hujan 1, jas hujan 2 (memang pake jas hujan rangkap), jas
hujan untuk tas. Hmm, hanya untuk mengambil uang 2500 saja se repot itu. Dan
tanpa kusadari dengan keadaanku yang sedang kesal, kulempar saja uang 3000 ke
meja mbak penjaga dengan mukaku yang tak kalah bete dengan mbak penjaga pom
bensin.
Kembali kupakai pakaian kebesaranku
yang benar-benar besar itu sambil bersungut-sungut. Selesai kupakai semua,
langsung kutegur mbak penjaga pom bensin. Mungkin nadaku agak keras waktu itu, ‘Mbak,
besok lagi kalau ada yang beli di dengarkan. Kalau begini kan saya jadi repot’.
Hatiku masih cukup panas dan mbak penjaga bensin tetap jutek tidak peduli, ‘kembaliannya
mbak, 500’. Ahh, semakin panas lah hatiku. Huft huft, untung hujan agak
dinginkan suasana :p. Di jalan menuju UII, aku Cuma bisa panas ati sendiri dan
tiba-tiba teringat, ‘aduh, pom bensin kan ada layanan konsumen dan sms kritik. Kenapa
tadi tidak kucatat nomornya. Nanti kalau pulang, aku harus balik dan kucatat
nomornya’.
Jam
Karet
Sampai
di UII, hujan masih turun tapi tak begitu deras. Ku langkahkan kaki masuk ruangan
dan akhirnya masih kebagian snack, horay. Tak langsung duduk, tetapi berganti
baju dan kaos kaki yang basah kuyup, duduklah saya menunggu acara dimulai.
Karena hari masih pagi, cukup senang saya dapat kursi nomor 5 dari depat dan
pas di depan tempat Maher Zain duduk. Akan tetapi, ke-bete-an saya mulai lagi.
Saya mulai gelisah, kenapa acaranya tak mulai-mulai. Jam 9 berlalu, semakin
gelisah saya. Apalagi setelah acara, saya harus menyerahkan beberapa berkas ke
DOSDM UII, keburu tutup. Akhirnya penantian pun sampai pada acara sekitar jam
10 lebih 15 menit, artinya untuk menonton Maher Zain saya membutuhkan 2 jam 15
menit untuk menunggu. Dan menunggu tanpa melakukan kegiatan itu sangat membosankan.
Saya datang sedirian dan duduk satu barisan dengan maba UII yang bergerombol, tak
akan nyaman ngobrol dengan mereka. Ahh, topik apa pula?
Bahkan saya tak membawa satu buku
pun, hanya sebuah mushaf Quran warna pink yang ada di dalam tas. Ingin
membacanya, tetapi di tengah lautan manusia ini akan terlihat sangat ‘frontal’.
Saya belum bisa dengan hal tersebut. Ya sudah saya diam saja, sesekali menyapa
teman-teman yang dulu sekantor waktu di UII.
Maher
Zain
Masuklah
Maher ke dalam ruangan bersama dengan Prof Mahfud MD dan jajaran pejabat UII.
Tentu saja yang menjadi sasaran photo hanya Maher dan sesekali Prof Mahfud yang
banyak didukung menjadi calon Presiden Indonesia. Perempuan-perempuan itu, yang
rata-rata mahasiswi berteriak-teriak histeris menyambut kedatangan Maher Zain.
Saya?? Hmm, Biasa saja. Memang maju untuk mem photo, tetapi karena itu photo
untuk adek saya karna dia gak sempat ikut menonton. Selebihnya biasa saja.
Sebenarnya saya cukup kecewa ketika
bertemu Maher Zain, bukan karena apa-apa. Tetapi agak berbeda dengan
ekspektasiku ketika melihat di televisi dan youtube. Sepertinya ada ‘sesuatu’
begitu, entah apa saya tak tahu. Yang pasti saya biasa-biasa. Tetapi ketika dia
mulai menyanyi, nah baru terlihat istimewa dan suaranya bagus.
Di acara, wow sebenanya isi
simposium sangat menarik dan dibawakan dengan bahasa inggris. Lumaan paham lah,
dikit-dikit xixixi. Tapii, huft. Lagi-lagi ada yang membuat saya kesal. Di
belakang saya ada gerombolan mahasiswi yang tadinya koor lagu kebangsaan, ngobrooool
terus. Keras-keras dan ketawa-ketiwi gak jelas. Berkali-kali sayang menengok ke
belakang tetap mereka tak paham maksud saya. Oh My God...
Hikmah
Hikmah
selalu datang belakangan, hikmah selalu diambil setelah suatu kejadian terjadi.
Dari Mbak Pom Bensin, saya sadar bahwa mendengarkan orang lain berbicara itu
penting agar tak salah tangkap dan intepretasi. Kemudian dalam menjalankan
suatu pekerjaan, kita harus profesional bahwa kita dinilai dari pekerjaan kita
dan jangan sampai mencampur adukkan emosi pribadi dalam pekerjaan. Melihat mbak
pom bensi yang mukanya sedang bete (kemungkinan bawaan dari masalah luar
kerjaan), dia tidak profesional karena tidak bisa memilah mana masalah rumah
atau masalah pekerjaan. Ketidakprofesionalan mbak penjaga pom bensin juga bisa
berakibat fatal pada pekerjaannya. Andai saja saya jadi menelepon pihak
pengelola pom, bisa jadi mbak penjaga mendapat teguran, skorsing, atau dipecat.
Wow. Pelajaran penting buat saya. Juga, mbak pom tidak mengucapkan ‘maaf’, itu
pasti akan tambah menyakiti perasaan konsumen. Hikmah pom bensin : Dengarkan
pembicaraan orang lain ketika sedang berbicara, bersikap profesional dalam
pekerjaan, ucapkan maaf bila melakukan kesalahan.
Dalam menunggu acara yang sangat
lama juga banyak dapat digali hikmah mendalam. Mengecewakan orang lain dengan
datang terlambat, itu akan membuat reputasi seseorang meluntur. Orang tak akan
percaya lagi dengan anda (dalam proses yang lama tentunya). Jam karet yang jadi
buday Indonesia, sungguh merusak citra bangsa yang katanya Ramah Tamah ini. Jam
karet tentunya sangat ‘tak ramah’, bagi yang sedang terburu-buru dan banyak
kegiatan. Hikmahnya : Budayakan disiplin dan tepat waktu.
Kemudian, bahwa citra media itu
sangat dominan dalam mempengaruhi masyarakat. Betapa besarnya citra yang
dibangun untuk menjadikan Maher Zain sebagai seorang yang ‘Wah’, tetapi saya
tidak menemukan rasa ‘Wah’ tersebut. Kenalilah orangnya, maka kau akan tau
siapa dirinya. Dalam suatu kegiatan jadilah seorang yang fokus, minimal tidak
mengganggu orang yang sedang fokus dalam kegiatan. Mahasiswi yang mengobrol
keras-keras di belakang saya menunjukkan bahwa dia tidak menghargai orang lain.
Asal tau saja, yang lain di ruangan sibuk mendengarkan, mereka sibuk bicara
sendiri. Hikmahnya : jangan terlalu percaya pencitraan media dan jangan
mengganggu orang lain yang sedang fokus.
Wallahu’alam
NB
:
Tulisan ini tidak hanya mengingatkan pada pembaca, tetapi juga untuk diri pribadi yang sering salah dan khilaf. Benar bahwa hadiah itu tak selalu terbungkus dengan indah, memang ada kalanya berwujud masalah. Semua tergantung bagaimana kita menelaah setiap beban hidup kita. Dianggap sebagai masalah ataupun hikmah terserah anda. Trimakasih kepada yang sudah mengirimkan sms tentang hikmah hujan pagi, pak Ust. Putut Himawan.
Tulisan ini tidak hanya mengingatkan pada pembaca, tetapi juga untuk diri pribadi yang sering salah dan khilaf. Benar bahwa hadiah itu tak selalu terbungkus dengan indah, memang ada kalanya berwujud masalah. Semua tergantung bagaimana kita menelaah setiap beban hidup kita. Dianggap sebagai masalah ataupun hikmah terserah anda. Trimakasih kepada yang sudah mengirimkan sms tentang hikmah hujan pagi, pak Ust. Putut Himawan.
0 komentar:
Posting Komentar