Mengudaranya 9 stasiun TV di Indonesia memicu meningkatnya
kreativitas pekerja TV untuk terus memproduksi program - program baru
dan komersil. Persaingan yang cukup berat ini membuat munculnya berbagai
macam acara yang dikemas sedemikian rupa demi meraih penonton
sebanyak-banyaknya. Berbagai acara seperti musik, reality show,
komedi situasi, berita, olahraga, dan juga acara gossip membanjiri TV
di setiap harinya. Salah satu acara yang sangat digemari masyarakat saat
ini adalah acara gossip yang ditayangkan tidak hanya sekali dalam satu
hari. Akan tetapi sejak kita bangun tidur hingga larut malam acara
gossip masih saja ditayangkan di televisi. Hal ini memberikan sebuah
kesan bahwa, acara gosiplah yang paling laku dijual dan masyarakat
menjadikan acara gossip sebagai sebuah hiburan.
Laris Bak Kacang Goreng
“Eh, tau gak sih. Artis yang itu loh
matre, yang itu kayak banci, yang itu lagi sok cantik”. Astagfirullah,
mungkin anda pernah mendengar beberapa ungkapan orang mengenai
pergunjingan artis maupun selebritis di televisi. Banyak presenter yang
membawakan acara infotainment juga sering melontarkan komentar pedas
maupun melontarkan pernyataan kontroversial mengenai artis dan
selebritis di tanah air. Hal ini memang sudah tak ayal lagi, mengingat
berita - berita yang disajikan dalam acara infotainment memang lebih
banyak terkait keburukan dan aib selebritis.
Infotainment ini bermula sejak kemunculannya pertama kali
di salah satu TV swasta nasional Indonesia pada tahun 1994. Kala itu,
salah satu acuan untuk menyiarkan infotainment kepada masyarakat adalah
sebagai sebuah bentuk kebebasan berpendapat. Akan tetapi infotainment
saat ini mendominasi televisi kita dengan tidak kurang 15-an acara
setiap harinya. Ironisnya, infotainment seakan menjadi ‘tontonan wajib'
bagi sebagian orang. Mereka selalu merasa kurang jika belum melihat
tayangan infotainment dan melihat perkembangan artis pujaannya.
Dalam pemberitaan mengenai individu secara pribadi akan
lebih baik bila mengungkap sisi positif si artis / selebritis. Dengan
demikian diharapkan akan memberikan motivasi positif pula dan juga
semangat untuk menuju kebaikan. Akan tetapi trend yang berkembang kini,
infotainment lebih menyoroti tentang keburukan selebritis dan artis -
artis. Mulai dari gossip sampai pula fitnah sering diluncurkan oleh
acara infotainment di TV maupun penontonnya. Berbagai kasus narkoba,
perselingkuhan, skandal, perceraian, dijadikan sebagai sebuah hiburan
dan menyajikan sesnsasionalitas. Lebih parahnya lagi, hal ini dikemas
dalam suatu acara bernama INFOTAINMENT yang merupakan kepanjangan dari
information (informasi) dan entertainment (hiburan). Jadi keburukan yang
diinformasikan kepada masyarakat mengenai selebritis / artis di
televisi dianggap sebagai sebuah informasi yang menghibur.
Naudzubillah.
Islam Memandang Infotainment
Infotainment yang telah dijabarkan di atas memiliki
banyak kemiripan dengan ghibah. Dalam pemahaman secara definisi ghibah
sendiri diartikan sebagai bergunjing atau membicarakan sesuatu yang
membuat orang yang dibicarakan tidak senang. Hal ini sangat terkait
dengan gossip dan juga fitnah yang dilontarkan oleh si pelaku ghibah.
Bahkan dalam surat Al Hujuraat : 12, Allah berfirman : “Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagaian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan jangan menggunjingkan satu sama lain. Adakah
seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa Islam melarang umatnya
untuk saling menggunjingkan. Bahkan perbuatan begunjing disetarakan
dengan memakan daging saudaranya yang sudah mati. Ini membuktikan bahwa,
bergunjing mengenai sesuatu yang terkait dengan aib dan keburukan
seseorang sangat dilarang agama. Apalagi bila yang dipergunjingkan tidak
sesuai dengan fakta yang ada, maka akan menjerumuskan manusia kepada
fitnah / menuduh yang belum jelas kebenarannya.
Dalam hadist Rasullullah juga disebutkan : “Orang
muslim itu saudara muslim lainnya, tidak mendzaliminya dan tidak
membiarkannya. Dan barangsiapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya maka
Allah akan mencukupkan kebutuhannya pula, dan barang siapa yang
meringankan beban kesedihan orang muslim maka Allah akan meringankan
beban kesedihannya di hari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib)
seorang muslim maka Allah akan menutupinya (aibnya) kelak pada hari
kiamat”.
Begitulah yang akan terjadi pada segenap umat manusia
yang menjalankan segala perintah Allah SWT. Selalu ada balasan baik bagi
yang berbuat baik, dan akan ada balasan pula bagi setiap keburukan yang
diperbuat walaupun itu hanya sebesar biji zarrah. Dari ayat dan juga
hadist di atas, tentunya kita dapat menyimpulkan bagaimana hukum
infotainment dalam Islam. Entah itu sebagai penonton, pembuat, maupun
dari sisi orang yang mendanai acara infotainment, tentunya dapat menilai
sendiri bagaimana manfaat dan mudharatnya infotainment di televisi.
Bahkan seperti dilansir oleh www.antaranews.com
pada 27 Juli 2010, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan fatwa haram
bagi segala bentuk infotainment yang berisi mengumbar aib, kejelekan
orang, gossip dan juga hal - hal pribadi orang lain. Dalam hal ini MUI
menjabarkannya dalam upaya menggali aib orang, membuat berita, maupun
orang yang mengambil keuntungan dari infotainment tersebut juga termasuk
dalam kategori haram.
Lalu bagaimana?
Walaupun secara tegas Al-Quran dan juga
Hadist melarang manusia untuk berbuat ghibah, akan tetapi tidak
selamanya ghibah itu dilarang. Hal ini tentu saja dengan alasan syar'i
dan juga tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan orang lain. Salah
satunya adalah sesuai dengan kesepakatan MUI dalam rapat Pleno pada
Musyawarah Nasional Juli 2010, acara televisi yang terkait dengan
kejelekan orang lain boleh ditayangkan sepanjang itu terkait dengan
penegakan hukum. Hal ini dimaksudkan untuk memberantas kemungkaran
dengan menyiarkan maupun menonton berita yang berisi aib seseorang.
Sebagai contoh dalam hal ini, penyiaran tayangan berita
di TV mengenai kasus korupsi yang dilakukan oleh salah satu anggota
dewan yang bernilai milyaran rupiah lalu kita menonton juga menyimaknya.
Hal ini tentu saja diperbolehkan, dikarenakan terkait dengan penegakan
dan proses hukum di Indonesia serta sangat terkait dengan kepentingan
publik. Akan berbeda jadinya bila yang kita tonton adalah acara gossip
mengenai selebritis yang berselingkuh dengan teman istrinya, ataupun
perceraian selebritis akibat adanya pihak ketiga. Tentu saja hal
tersebut tidak layak ditonton dan juga tidak memberikan suatu pencerahan
kepada publik untuk berpikir positif.
Mungkin dalam ghibah ada juga yang berkilah, “Oh, ini
bukan gossip kok. Ini tuh fakta”. Bagaimana dengan kasus seperti ini?
Antara fakta dan mengumbar keburukan orang memang beda tipis. Akan
tetapi dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Bukhori, “Dari Ibnu Mas'ud
ra. Dari Nabi SAW beliau bersabda : sesungguhnya kebenaran itu
membawa kebaikan dan kebaikan itu membawa ke syurga; dan sesungguhnya
orang yang membiasakan dirinya benar (dalam segala tingkah lakunya) akan
dicatat oleh Allah sebagai Siddiq (orang yang selalu benar); sedang
kedustaan itu membawa kepada penyelewengan dan penyelewengan itu membawa
ke neraka, dan orang yang membiasakan berdusta itu akan dicatat oleh
Allah sebagai Kadzab (pendusta)”.
Dalam hadist tersebut menjabarkan perilaku – perilaku
yang akan dinilai oleh Allah SWT mengenai kebenaran dan kebaikan. Yang
perlu ditekankan dalam hal ini, hendaknya kita menjunjung tinggi
kebenaran yang membawa manusia kepada kebaikan yang akan mengangkat
manusia ke syurga. Akan tetapi kebenaran seperti apakah yang akan
berujung pada kebaikan? Di sinilah yang perlu diperhatikan terkait
dengan ghibah di masyarakat. Kebenaran yang akan berujung pada kebaikan
adalah kebenaran yang tidak menimbulkan sakit hati maupun ketidaksukaan
orang lain terhadap kita. Jadi pembeberan fakta boleh dilakukan selama
hal tersebut dapat menimbulkan kebaikan bagi masyarakat dan dalam sebuah
upaya penegakan hukum.
Lalu bagaimana sebaiknya kita bersikap? Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau (kalau tidak) hendaklah diam”. Hadist
tersebut memberikan sebuah acuan bahwa setiap manusia lebih baik diam
saja, daripada banyak bicara akan tetapi pembicaraannya tidak baik.
Dalam konteks infotainment berkata yang tidak baik tentu saja menyiarkan
/ menayangkan berita - berita yang membuat orang sakit hati dan
mengumbar kejelekan serta aib orang lain. Bila tidak dapat menyajikan
berita yang baik maka lebih baik infotainment TV dihentikan
penyiarannya. Lalu masihkah anda menonton acara infotainment? Pindah
channel yuk! Stop ghibah on TV :)
Wallahu'alam Bishowab…
Dapat dibaca juga di http://himmpas.pasca.ugm.ac.id/print-articles/2012/10/stop-ghibah-on-tv.html
0 komentar:
Posting Komentar