Janganlah kamu mengadakan janji
nikah dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka)
perkataan yang ma'ruf (Al Baqarah:235)
Membaca
arti ayat ini cukup membuatku merenung beberapa hari. Memang dalam ayat ini
sebenarnya menjelaskan tentang larangan melamar seorang wanita yang sedang
dalam masa iddah karena ditinggal mati suaminya. Akan tetapi ayat ini juga bisa
diterapkan terhadap wanita yang belum menikah. Begini konteksnya, terdapat kata
‘janji nikah’ kemudian kata ‘secara rahasia’. Ini menunjukkan bahwa ada sebuah
larangan untuk wanita ataupun laki-laki yang mengadakan perjanjian pernikahan
pada suatu masa tertentu. Entah secara lugas maupun tersirat, yang pasti tidak
diketahui oleh orang banyak dan hanya yang bersangkutan saja yang tahu.
Bercermin dari hal ini,
lalu bagaimana denganku?
Mencintai,
dicintai, pencinta, tercinta dan berbagai kosakata terkait cinta memang tak ada
habisnya untuk selalu diperbincangkan. Mahabbah alias cinta selalu mewarnai tiap
waktu, langkah dan kehidupan manusia. Cinta kepada Allah, Rasulullah, saudara, keluarga ataupun
cinta kepada lawan jenis.
Saya
jadi teringat ketika masih sekolah di madrasah, ketika ujian lisan pelajaran
Quran Hadist. Guru Quran Hadist menanyakan kepada saya, ‘Coba sebutkan salah
satu ayat atau hadis tentang mahabbah!’. Sungguh kaget sewaktu ditanyakan dan
muncullah satu kalimat dari mulut saya yaitu Bismillahirohmanirakhim. Di luar
dugaan, guru saya mengangguk tanda saya benar. Bismillahirrahmanirrokhim, ‘dengan
menyebut nama Allah yang Maha pengasih dan penyayang’. Pengasih dan penyayang,
mungkin begitulah indikator mahabbah yang membuat guru saya meng-iyakan.
Cinta
itu fitrah artinya cinta itu lumrah, wajar, dan sudah pasti terjadi pada
manusia sampai akhir jaman kelak. Lihat saja, bagaimana Adam dan Hawa saling
mencari ketika mereka diturunkan di bumi dan merasa sendirian. Cinta mereka
pula yang memunculkan Habil, Qobil dan seterusnya hingga kepada kita semua. Tak
ingatkah tentang bagaimana cintanya Rasulullah kepada Bunda Khadijah hingga
beliau tak bisa melupakannya sepanjang hidup? Juga bagaimana cintanya ayah dan
ibu kita hingga kita ada di bumi Allah yang indah ini. Semua karena cinta.
Permasalahannya
adalah, bagaimana aku bisa mendapatkan cinta yang diridhai Allah? Itu yang
cukup membuatku stress, sakit kepala berkepanjangan. Yang ada dalam otakku ini
adalah tentang realitas dan idealitas, terus saja berputar-putar seperti
gasing. Realitas bahwa, aku tak bisa memungkiri virus merah jambu sudah
meracuni otakku mungkin sudah stadium empat dan harus segera diamputasi penyakit
ini. Sedangkan idealitasnya, cinta itu bersumber pada Ilahi, tak hanya semacam
cinta-cintaan ala sinetron yang melow, alay, dan hiperrbola.
Sudah
mulai ku setting dari awal bahwa ada sisi-sisi ke Ilahian dalam cintaku ini.
Banyak visi-misi dakwah yang ingin kucapai, begitu juga dengan target dakwah, sudah
kurancang sedemikian rupa. Juga mungkin sudah overload aku menelan teori-teori
tentang mengatur rumah tangga, mendidik anak, menjadi ibu yang ‘wonderwoman’,
sudah kupelajari semua. Pun aku sudah bisa dibilang, lebih dari SIAP. Bahkan
jika ditulis dengan kata, mungkin begini kesiapanku SSSIIAAPPPHH BAAANGGEDD!!!!
Tapi
bagaimana lagi, ketika aku telah siap, ternyata belum ada calonnya. Ada calon
pun itu masih calon angan-angan. Calon PHP aku menyebutnya, karena memang dia
memiliki keahlian PHP (Pemberi Harapan Palsu) hehe.
Trus?
Ya
begitulah, hubungan dengan calon PHP tetap saja berlanjut walau dalam hatiku
bergemuruh dahsyat. ‘Jangan! Jangan! Jangan!’, kata hatiku. Tetapi di sisi lain
gemuruh yang berbeda “Jangan... Berhenti!, Jangan..Berhenti!”. Ahhh, merepotkan.
Begitulah hati, selalu berubah-ubah arahnya. Puji Syukur kepada Sang
Pembolak-balik hati manusia, Allah SWT. Sehingga aku masih bisa berfikir
tentang hatiku ini.
Rasanya
jatuh cinta? Sebelum tidur teringat padanya, bagun tidur teringat padanya, mau
makan teringat padanya, apapun teringat padanya (mirip lagu ya). Tetapi memang
begitu rasanya, jika tak tahu kabarnya saja pikiran sudah entah jauh kemana.
Sakitkah? Sedihkah? Gembirakah? Hanya ingin tau saja, terus menerus. Ini mungkin
sudah #kepo tingkat akut. Kupikir tiap orang jatuh cinta pasti merasakan hal
ini.
Parahnya.
Aku jadi sedikit terlupa dengan Kekasih Sejatiku. Kekasih yang akan selalu ada,
walaupun bumi ini tiada, walaupun bulan ini tiada, walaupun galaksi ini tiada.
Dia Kekasihku selama-lamanya, tapi aku melupakannya. Pasti Dia cemburu aku
terlambat menyapanya dalam sujud. Pasti Dia cemburu aku tidak membaca ayat-ayat
pujian untuk merayunya. Pasti Dia cemburu aku lupa untuk menghafalkan
bacaan-bacaan yang Dia sarankan. Aku banyak melupakannya.
Sedang
aku malah asyik bermain-main dengan yang lain, si calon PHP yang tak kunjung
memberi kepastian. Bila saja, andai saja dia cepat datang padaku dan melamarku.
Maka tentu saja separuh din ku sudah terpenuhi dan itu akan semakin membuatku
disayang dan dicinta oleh Kekasih Sejatiku. Kenyataannya? Tidak. Aku malah
sibuk menduakan cintaku pada Kekasih sejatiku, dengan cara yang tidak
semestinya. Atau bila diibaratkan cintaku dengan Calon PHP adalah tidak halal
atau kata lainnya... ha***. Tak sanggup aku meneruskan kata-kata itu, yang akan
semakin buatku terpuruk.
Hanya
ada dua pilihan saat ini, resmikan atau selesaikan. Pilihan pertama tentang ‘resmikan’,
akupun tak tahu bagaimana ke depan dan selalu kupertanyakan kesiapannya yang
tidak pernah siap. Pilihan kedua tentang ‘selesaikan’, menurutku ini sebagai
solusi akhir dari sebuah penantian yang tak kunjung datang.
Dan
akhirnya aku menemukan titik temu dari berhari-hari perenunganku. Aku harus
pergi, hanya pergi. Bukan karna aku tak suka, tetapi karena memang aku ingin
menjadi hamba yang taat pada penciptanya. Ya, Hanya Pergi. Itu saja.
0 komentar:
Posting Komentar