Buscar

Siwi Siwi Siwi



Ilustrasi (Ini gambar Dina)
Seperti biasa, jadwal materi hari Rabu di TPA ku adalah Quran Hadist dan kebetulan semalam aku membaca Surat Ar Rahman. Wah langsung punya ide untuk memberikan tugas santri-santri ku tentang surat Ar Rahman. Kubuat soal untuk mereka: 1. Dalam surat Ar Rahman ada satu ayat yang diulang-ulang terus menerus, temukan dan hitung berapa jumlahnya! 2. Tulis ayat tersebut beserta artinya!

Di akhir TPA, waktunya aku menilai semua hasil pekerjaan mereka. Ada yang menghitung jumlah ayat yang diulang tersebut 28 ayat, ada juga yang 39 ayat. Menggemaskan sekali ekspresi mereka, karena jumlah ayat yang diulang-ulang tersebut 31 kali. Ada yang langsung memasang mimik muka sedih karena salah menjawab, ada juga yang senyum-senyum bahagia karena jawabannya benar.

Di pojok kanan...

Ada seorang santri yang diam saja sejak dimulai TPA, hanya melamun terus-terusan dan dengan tatapan kosong. Namanya Siwi (nama disamarkan), santri baru yang belum lama naik ke kelas C. Kelasku. Bukunya kosong, tidak mengerjakan sesuatu dan hanya bengong sendirian. 

Sejak awal masuk ke kelasku, sempat agak curiga dengan santri ini. Dia sangat pendiam, kuperhatikan dia tidak berbaur dan bergaul dengan anak-anak yang lain. Bahkan bertegur sapa pun tidak, padahal dia sudah bertahun-tahun menjadi santri di TPA ku. Setiap datang TPA dia selalu telat, duduk paling pojok, dan mengaji paling terakhir. Satu hal yang sangat mencolok, Siwi selalu tertinggal ketika mencatat. Mencatat satu ayat pun sangat lama, karena sebagian besar waktunya hanya melamun saja. 

Ketika anak-anak lain sibuk mengerjakan tugas, dia pasti melamun. Biasanya kutergur, ‘’ Siwi, sudah selesai nulisnya?”. ‘Belum’, jawabnya. Tapi bukan jawaban ‘belum’ yang dapat didengarkan, hanya gerakan bibir saja mengucapkan kata ‘belum’. Okey, mungkin sedikit kuistimewakan anak ini karena memang anak ini cukup istimewa dan berbeda dari anak-anak yang lain.

Ketika mengaji pun suaranya sangat lirih, sampai berkali kali aku berucap ‘Yok, suaranya digedein. Ustadzah gak denger nih’. Tetap saja, suaranya kecil lirih sayup sayup seperti lagu pengantar tidur yang buatku mengantuk. Yang parah adalah aku jadi susah membenarkan bacaannya, karena aku tak bisa mendengarkan apa yang dia baca. Ya, ndak papa Siwi. Besok harus lebih baik ya...

Ada apa denganmu? 

Kedengaran seperti judul lagu ya? *mikir. Entahlah apa yang terjadi dengan Siwi, dua bulan ini aku mengenalmu tapi jujur saja aku belum bisa memahamimu seperti anak-anak yang lain. Ketika anak-anak lain protes ketika aku salah menulis Arab atau membaca, kau diam saja. Ketika anak-anak lain mengacungkan tangan mereka berebut menjawab kuis, kau diam saja. Ketika bermain game semua antusias untuk memenangkan lomba, kau juga diam saja. Ada apa denganmu?

Aku hanya bisa menerka-nerka dan menebak-nebak penyebabnya.

Satu. Masalah keluarga. Mungkin ada salah satu dari anggota keluarga yang menekanmu cukup keras di rumah, sering memarahi, atau berucap yang tidak baik terhadapmu.

Dua. Minder. Merasa bahwa teman-teman lebih pintar darimu dan kamu semakin terpuruk karena tidak bisa mengimbangi anak-anak yang lain. Karena sempat aku bertanya ke anak-anak, ‘Siapa yang juara di kelas?’. Selurus anak mengacungkan tangan, ada yang juara 1, 2, 3, dan minimal 10 besar di sekolahan. Hanya Siwi yang tidak mengangkat tangan dan ada anak lain menyeletuk ‘Kalau gak ngacungkan tangan, berarti yo gak juara Ust’. Hmm, kedengarannya sih celetukan polos anak-anak, tapi mungkin Siwi cukup sedih dengan kata-kata itu.

Tiga. Teknik mengajar yang salah. Ini yang perlu jadi introspeksi untukku secara pribadi. Anak-anak di kelas C memang belajar lebih banyak dari kelas lain. Kegiatan seperti menulis dan menghapal biasa kulakukan dalam 1 kali pertemuan. Hari ini belajar A begitu, langsung anak-anak kuminta mengahapalkan hari itu juga. Bisa jadi Siwi kaget dengan sistem belajar seperti itu. Bisa jadi.

Empat. Keterbelakangan mental. Katerbelakangan mental disini bukan berarti merujuk pada gangguan psikologis yang berat seperti autis, hiperaktif atau anak berkebutuhan khusus. Hanya sedikit ada beban mental yang dia miliki, atau memiliki dunia sendiri yang membuat dia susah bergaul dan berbicara dengan yang lain. 

Wallahu’alam, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pasa Siwi. Insyaallah aku akan mendekatinya lebih dalam lagi, mengajaknya mengobrol, bercanda, siapa tahu dia bisa bercerita tentang dirinya dan masalah yang dihadapi. 

Tetap semangat Siwi, Siwi, Siwi....... :)

1 komentar:

popi andiyansari

Hari ini Siwi tersenyum. Pertama karena dapat hadiah. Kedua, dia kupanggil dan ku minta duduk di dekat temen-teman yang 'rame'. Dia butuh perhatian lebih sepertinya.... Love U Siwi, my lil sis

Posting Komentar