Ini Mulhan, punya kembaran namanya Sulthon |
Masih
ingatkah kita tentang 3 ciri orang munafik? Yang pertama, berkata dusta. Kedua,
jika berjanji mengingkari. Dan ketiga, jika dipercaya, berkhianat.
Di
poin ketiga terdapat kata “jika dipercaya, berkhianat”, hal ini merujuk pada
salah satu sifat yang harus dimiliki oleh umat Islam yaitu amanah. Seorang yang
tidak amanah dapat disebut pula sebagai orang munafik. Anak merupakah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabkan.
Amanah ini berarti anak tersebut adalah titipan, agar dijaga, agar diberikan
pendidikan dan agar diasuh dalam kasih sayang.
Masih
ingatkah kita tentang 3 pahala yang terus mengalir walau kita sudah meninggal?
Yang pertama, amal jariyah. Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ketiga, doa anak yang
sholeh.
Lagi,
di poin ketiga terdapat kalimat ‘doa anak yang sholeh’. Doa anak yang sholeh
ini akan terus mengalir dan mengisi pundi-pundi pahala untuk orang tuanya
walaupun mereka sudah meninggal. Ini berarti anak yang sholeh adalah investasi
masa depan untuk orang tuanya di akherat kelak.
Ilmu dan Amanah
Ini Izzy |
Dalam
pendidikan dan pengasuhan anak, orang tua, guru maupun ustadzah haruslah
memiliki ilmu. Ilmu ini wajib dimiliki agar pembentukan karakter dan pola asuh
kepada anak sesuai dengan umur dan cara penangangannya. Dalam HR. Tirmidzi
disebutkan bahwa ilmu adalah kunci kesuksesan. Ini menunjukkan untuk menuju
sukses mendidik anak, diperlukan sebuah ilmu. Tidak mungkin anak akan mampu
membaca jika orang tua tidak mengajarinya ilmu membaca, tidak mungkin anak
mampu berhitung jika guru tidak memberitahu ilmu berhitung, tidak mungkin
seorang anak mampu membaca Al Quran bila ustad/ustadzah tidak mengajari ilmu
membaca Al Quran. Dalam ilmu-ilmu yang disampaikan tersebut dapat diambil
hikmah dan pelajaran (QS. Al Baqoroh : 269).
Pentingnya
memiliki ilmu ini juga agar manusia tidak taklid, yaitu serta merta mengikuti
sesuatu yang belum jelas aturannya. Larangan taklid ini dapat dilihat pada
surat Al Isra ayat 36 : ”Dan janganlah
kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban”.
Subhanallah,
sungguh detil sekali aturan Allah ini. Jadi untuk dapat mendidik anak wajib
sekali kita memiliki ilmu. Tetapi perlu diingat bahwa memiliki ilmu yang banyak
jangan digunakan untuk menyesatkan orang lain, dan jangan sampai melampaui
batas. “.. Siapakah yang lebih dzalim
daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap orang-orang anpa
pengetahuan..” QS Al An’am : 144. Naudzubillah, semoga kita dijauhkan
dengan sifat tercela tersebut.
Kembali
lagi kepada konsep amanah dalam mendidik dan mengasuh anak. Amanah dalam
mendidik anak ini wajib dilakukan, karena dengan amanah akan diminta
pertanggung jawabannya (HR. Bukhari). Saya jadi teringat berita di televisi
beberapa hari lalu tentang pembuangan bayi di selokan, yang kemungkinan besar
dibuang oleh orang tua kandungnya sendiri, naudzubillah. Padahal dalam Hadist
Shohih Abu Dawud sebagai orang tua yang diberikan amanah, kita tidak boleh
menyia-nyiakan anak tersebut. Dan sebagai gantinya bila kita memelihara amanah
dengan baik, maka surga lah yang akan menjadi tempat tinggal kita di akherat
kelak.
“Dan orang-orang yang memelihara amanat dan
janjinya, Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya, Dan
orang-orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu dimuliakan dalam surga” (QS.
Al Ma’arij : 32-35).
Proses Mendidik Anak
Ini Bintang |
Pertama, melalaui keteladanan (qudwah, uswah). Keteladanan ini sangat penting, yaitu dengan cara
memberikan contoh kepada anak untuk berbuat baik. Seperti misalnya, seorang ibu
yang menyuruh-nyuruh anak untuk segera sholat padahal dia sendiri belum sholat.
Tentu saja, si anak tak akan mau untuk mengerjakan sholat. Atau pelarangan anak
merokok oleh guru di sekolah, tidak akan mempan bila bapak-bapak guru dengan
santainya merokok di taman sekolahan. Ketedeladanan ini menjadi penting, agar
anak-anak tanpa perlu diceramahi sudah terbiasa untuk melakukan atau tidak
melalukan sesuatu. Lalukan yang baik-baik dulu, agar anak-anak menirunya.
Kedua, melalui pengajaran (ta’lim). Seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa ilmu sangat diperlukan bagi setiap orang agar
tidak taklid dan dapat mengambil hikmah serta pengajaran darinya. Anak-anak
perlu diajari tentang akhlaq yang baik, berperilaku yang sopan dan juga
berbagai ilmu lainnya. Karena saya sebagi ustadzah di TPA maka salah satu cara
mengajari anak misalnya membaca Al Quran dengan mengajarkan hukum bacaan Quran
seperti : idhar, idghom, iqlab, ataupun ikhfa’ dll.
Ketiga, pembiasaan (ta’wid). Ini penting sekali
untuk anak, seperti yang saya lakukan di TPA saya. Dalam kegiatan TPA tidak
hanya melulu mengaji saja, tetapi anak-anak juga saya berikan tanggung jawab
misalnya menjalankan tugas piket. Dalam TPA saya membuat semacam jadwal piket
agar anak-anak terbiasa untuk hidup bersih dan mencintai kebersihan. Seperti salah
satu hadist yang selalu diajarkan di TPA kami, ‘Anadzofatu minal iman’,
kebersihan itu sebagian dari iman.
Keempat, pemberian motivasi (targhib). Anak - anak
harus dimotivasi agar mereka dapat terus berkembang dengan baik, salah satunya
adalah dengan memberikan pujian ataupun hadiah. Motivasi ini sangat penting
untuk menjaga mental anak agar selalu stabil. Saya jadi teringat, betapa
sedihnya anak didik saya ketika dia tidak bisa mengerjakan soal yang saya
berikan. Akhirnya saya janjikan padanya untuk memberikan hadiah di lain hari,
dengan syarat dia harus belajar. Anak tersebu menjadi cerah air mukanya dan
kembali bersemangat.
Kelima, pemberian sanksi hukuman (tarhib). Ini juga
penting sekali untuk anak-anak. Kembali saya memberi contoh tentang keadaan TPA
saya. Di TPA anak-anak sering mengejek satu sama lain, bahkan terkadang
mengejek ustadzah yang mengajar. Pernah suatu ketia anak-anak memanggil saya ‘Mbak
popi, cantik, cantik, cantik’. Saya pribadi sih enggak akan ge-er dengan
panggilan seperti itu, karena artinya cantik = cacar bintik-bintik. Karena waktu
itu saya sedang berjerawat T.T. Jadi memang ada peraturan tertulis di papan
bahwa siapa yang melanggar aturan akan mendapatkan hukuman dari ustadzah.
Biasanya sih saya hukum untuk menghafalkan surat atau hadist.
Investasi
Masa depan
Rasulullah pernah bersabda bahwa Allah merahmati
seorang yang membentu anaknya berbakti kepada-Nya. Dengan cara apa? 1) menerima
yang sedikit darinya, 2) memaafkan yang menyulitkannya, 3) tidak membebaninya,
4) tidak memakinya.
Karena anak adalah investasi masa depan, maka kita
sebagai seorang pendidik anak (orang tua, guru, ustadzah) wajib menjaga anak
agar selalu dalam ketaatan kepada Allah. Semoga kita semua diberikan amanah
buah hati yang menentramkan, menyenangkan, dan terus menerus membuat kita
sekalian selalu dalam Iman Islam.
Wallahu’alam Bishowab. Semoga bermanfaat untuk
pembaca sekalian dari saya yang masih miskin ilmu ini. :)
0 komentar:
Posting Komentar